Senin, 15 Oktober 2007

SHRIF 1428H

Kepada segenap saudara-saudara- ku yang me-raya-kannya,

____________ _________ _________ _________ ________
"REMOVE" semua rasa dendam
"DELETE" segala amarah dan benci
"DEFRAG" segala sikap dan sifat diri
"INSTALL" amal dan kebaikan agar kita "REFRESH" di hari yang Fitri ini
____________ _________ _________ _________ ________
Minal Aidzin Wal Faidzin, mohon maaf lahir batin
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H

Regards,Sutiono Gunadi @ Yogyakarta

Kamis, 11 Oktober 2007

Hantu Bergentayangan di Hari Lebaran

Anda jangan takut dulu, judul diatas bukanlah dalam arti yang sebenarnya. Namun hanya untuk menguatkan judul tulisan ini saja. Karena bertepatan dengan libur Lebaran, paling tidak Anda akan menemui empat film produksi nasional dengan nuansa hantu.

Dua film sudah diputar lebih awal pada bulan Puasa, dengan judul “Lawang Sewu, Dendam Kuntilanak” dan “Jelangkung 3”. Lalu bertepatan pada libur Lebaran mulai ditayangkan dua film lainnya yaitu “Kuntilanak 2” dan “Pocong 3”.

Parade hantu belum selesai begitu saja, karena menyusul berikutnya, masih di bulan Oktober 2007, yaitu “Legenda Sundel Bolong” dan “Suster N”, dan pada bulan November 2007 dibawah judul “Film Horror” yang merupakan parodi hantu ala “Scary Movie”. Menjelang bulan Puasa, dua film bernuansa hantu juga telah diputar yaitu “Leak” dan “Genderuwo”.

Jadi dalam waktu tiga bulan hampir ada 10 judul film bernuansa hantu bergentayangan di bioskop-bioskop. Coba bandingkan dengan film-film dengan thema lain, misal thema cinta, di libur Lebaran hanya muncul satu judul yaitu “Get Married”. Jadi, kalau dijumlah dalam setahun, entah sudah berapa film bernuansa hantu yang ditayangkan ke masyarakat.

Sungguh ironis, ditengah keterpurukan bangsa ini, masyarakatnya dicekoki dengan cerita-cerita hantu yang sangat tidak logis, dan makin memperbodoh pola pikir bangsa ini.

Dulu ketika banyak rumah produksi memproduksi tayangan hantu di televisi, banyak protes dari kalangan masyarakat, meski banyak pula yang menyenanginya. Ironisnya, film-film bernuansa hantu ini, ternyata cukup lama bisa bertahan di bioskop-bioskop kelas 21, logikanya film-film ini punya peminat, laku dijual dan menghasilkan fulus bagi produsennya..

Padahal perjuangan film produksi nasional untuk bisa ditayangkan di layar bioskop 21 cukup berat. Diawali dengan film hantu “Jelangkung” yang ternyata berhasil bertahan cukup lama, sehingga akhirnya mampu meningkatkan citra film produksi nasional untuk layak diputar di bioskop 21.

Meski film-film bernuansa hantu ini berhasil mendatangkan uang bagi produsen film maupun bagi pengusaha bioskop dan punya pasar yang cukup besar, apakah para produsen film perlu berlomba-lomba untuk membuat film bernuansa hantu dalam jumlah makin banyak ? Sudah selayaknya para insan per-film-an mulai mawas diri, kalau dulu film nasional terpuruk gara-gara film bernuansa esek-esek, pamer dada dan paha, yang sempat mengorbitkan aktris sekelas Inneke Koesherawati. Apakah sekarang dunia perfilman mau terpuruk lagi, gara-gara semua berlomba membuat film bernuansa hantu ?

Awas, hantu-hantu bergentayangan di sekitar Anda, apakah Anda takut ?

Rabu, 10 Oktober 2007

Ada Apa Dengan Malaysia ?

Menjelang libur Lebaran tahun ini, ada satu email dari teman masuk, isinya “Liburan ke Malaysia yook, daripada bengong di Jakarta“. Saya jawab “Ogah”.

Meski iklan-iklan pariwisata Malaysia yang berupaya untuk menarik para wisatawan ke Malaysia sangatlah menarik, khususnya ditahun 2007 ini yang diberi tajuk “Visit Malaysia Year 2007” bertepatan dengan perayaan ulang tahun kemerdekaan Malaysia yang ke 50. Paket perjalanan yang menarik telah dikemas oleh banyak biro perjalanan, baik berupa paket kunjungan wisata perjalanan ke Kuala Lumpur, Genting, Penang, Malaka, Langkawi serta Johor Bahru, maupun paket kuliner dan budaya.

Malaysia adalah Negara Federasi dengan sembilan negeri yaitu Perak, Selangor, Pahang, Kedah, Kelantan, Trengganu dan Johor (disebut daerah Malaysia Barat) serta Sabah dan Serawak (disebut daerah Malaysia Timur terletak di Kalimantan Utara) yang diperintah oleh Yang Dipertuan Negeri atau Sultan. Raja Malaysia disebut Yang Dipertuan Agong, diambil secara bergilir dari setiap Yang Dipertuan Negeri.

Malaka dan Pulau Pinang meski tidak dipimpin oleh Sultan, tetap tergabung dengan Malaysia, demikian juga Perlis yang dipimpin oleh seorang Raja. Merupakan bekas Commonwealth Inggris, menggunakan mata uang Ringgit dan terdiri dari tiga rumpun bangsa yaitu Melayu, China dan India.

Negeri Malaysia memang menarik, dari pengalaman mengunjungi beberapa kota di Malaysia pada tahun-tahun lalu, seperti ke Kuala Lumpur, Johor Bahru, Malacca, Penang, dan Kuching rata-rata kota-kotanya bersih, makanannya enak dan harganya terjangkau, hotel layanannya cepat dan bersih, transportasi baik bis, kereta api, ferry, mono-rail maupun pesawat udara pada umumnya tepat waktu. Keamanan-pun cukup baik, asalkan Anda jangan pergi ke daerah yang terlalu kumuh. Brosur petunjuk wisata juga cukup lengkap dan jelas, dan tersedia dimana-mana. Sehingga bepergian di Malaysia tanpa pemandu wisata (guide) bisa juga dilakukan tanpa takut kesasar.

Pusat informasi juga cukup banyak dan pada umumnya mereka membantu para wisatawan dengan ramah. Bagi orang Indonesia, bepergian ke Malaysia tidak terlalu mengkawatirkan dalam segi bahasa, bagi yang kurang fasih berbahasa Inggris, menggunakan bahasa Indonesia masih bisa dimengerti oleh bangsa Malaysia yang memahami bahasa Melayu. Bagi yang bisa berbahasa Mandarin, juga masih bisa berkomunikasi di daerah chinatown Malaysia. Secara keseluruhan ok-lah.

Akhir-akhir ini sejak terjadi aksi pemulangan besar-besaran tenaga kerja ilegal Indonesia dari Malaysia, sikap orang Malaysia terhadap orang Indonesia jadi berubah. Padahal seharusnya mereka harus bisa memahami, tidak semua orang Indonesia yang datang ke Malaysia mau menjadi tenaga kerja ilegal. Kalaupun ada tenaga kerja ilegal di Malaysia, tentu ada kesalahan orang Malaysia juga, karena bila tidak ada perusahaan yang mau mempekerjakan mereka, pastilah tidak akan ada tenaga kerja ilegal yang bekerja di Malaysia.

Hubungan antara Indonesia dan Malaysia dulu boleh dikatakan cukup harmonis, paling hanya ternoda oleh Aksi Ganyang Malaysia dari Bung Karno (1960-an) yang menimbulkan korban dua anggota pasukan katak Usman dan Harun. Selebihnya dapat dikatakan sangat akrab sebagai bangsa jiran atau serumpun. Pertukaran budaya, bahkan peningkatan pendidikan dengan pengiriman siswa-siswa terbaik Malaysia untuk belajar di universitas terbaik di Indonesia berlangsung dengan baik.

Memang kondisi kini terbalik, teknologi di Malaysia boleh dikatakan lebih maju dibandingkan Indonesia, Sejak proyek Malaysia Super Koridor dicanangkan oleh PM Malaysia Datok Seri Dr. Mahathir Mohamad (PM sebelum Datok Seri Abdullah bin Ahmad Badawie, PM sekarang), teknologi mereka maju pesat. Pembangunan di Malaysia berhasil meningkatkan perekonomian rakyat lebih baik ketimbang Indonesia. Ada pengalaman sedikit menyakitkan, ketika seorang sopir taksi Malaysia bertanya, apakah di Jakarta sudah ada lampu lalu-lintas (traffic light) yang menggunakan counter. Ya tentu saja sudah ada, jawab saya, baru sopir itu diam. Tetapi tidak lama kemudian dia berceloteh lagi, “menurut saya tingkat kehidupan rakyat kecil di Malaysia jauh lebih baik daripada Indonesia”. Mendapatkan statement seperti ini, terpaksa saya diamkan saja.

Kasus-kasus pemerkosaan dan penyiksaan pembantu rumah tangga tenaga kerja Indonesia, kasus perebutan pulau terluar Sipadan-Ligitan yang akhirnya dinyatakan milik Malaysia oleh Mahkamah Internasional pada tahun 2003, kasus sengketa blok Ambalat, kasus lagu “Rasa Sayange” yang diklaim ciptaan orang Malaysia, serta kasus terakhir RELA pasukan setara hansip / kamra di Malaysia yang sering menganiaya, memukul dan memerkosa WNI, membuat hubungan Indonesia-Malaysia makin buruk.

Apakah dengan kemajuan Malaysia tahun belakangan ini membuat Malaysia menjadi sombong dan menyepelekan bangsa Indonesia ? Jawabanya bisa ya, bisa tidak. Tergantung kepada siapa pertanyaan ini disampaikan. Tahun lalu, saya sempat menemani delegasi pengusaha muda Malaysia dalam beberapa event untuk pengembangan kerja sama bisnis Indonesia-Malaysia, dan kunjungan ini berlangsung dengan baik. Seharusnya Indonesia harus meningkatkan citra dirinya, agar bangsa lain juga menghargai bangsa ini.

Kemiskinan makin membelit negeri ini

Sangat pilu rasanya menyaksikan tayangan para dhuafa yang saling berebutan infaq yang dibagikan beberapa hari menjelang Lebaran di Semarang. Adalah seorang pengusaha yang beniat untuk membagikan infaq senilai Rp. 12.000,- kepada 4.000 kaum dhuafa, ini adalah niat yang tulus tetapi berdampak keonaran yang makin mendera kaum dhuafa dengan luka dan kesakitan akibat saling berimpitan dan terinjak-injak.

Hal serupa juga terjadi di Brebes, ketika Pemerintah Daerah bermaksud membahagiakan warganya dengan menjual paket sembako murah seharga Rp.10.000,- kepada kaum dhuafa dengan harapan mereka juga bisa bergembira di hari Lebaran. Jumlah orang yang ingin mendapatkan paket sembako murah ini ternyata jauh di luar target yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah, akibatnya terjadi rebutan, desak-desakan diantara para peminat sembako murah. Satu lagi, potret yang mempertunjukkan bahwa kemiskinan benar-benar makin membelit negeri ini.

Niat baik semacam ini, memang harus diikuti dengan pengaturan yang lebih baik dan rapi. Pertama harus dilakukan survey lengkap, berapa jumlah kaum miskin yang akan dibantu. Bila data kurang akurat, akan berakibat terjadinya ledakan massa yang tidak diduga oleh para penyelenggara aksi sosial. Bila jumlah sudah terdata dengan baik, pembagian kupon juga harus dibagikan merata, dan diupayakan menggunakan pembagian waktu yang berbeda, diupayakan setara dengan tempat lokasi pelaksanaan aksi sosial. Jadi, bila tempat hanya berkapasitas 100 orang, pada setengah jam pertama, kupon yang dibagikan hendaknya juga untuk 100 orang saja. Jadi, kupon harus diberikan jam yang berbeda agar tidak terjadi penumpukan massa. Hal ini guna mencegah terjadinya aksi saling dorong, desak-desakan yang bisa berakibat terjatuhnya, terhimpitnya dan terinjak-injaknya orang lanjut usia dan anak-anak.

Dengan pengaturan yang lebih baik, semoga niat baik bisa sampai pada tujuan.

Senin, 08 Oktober 2007

Ketika si Mbak Mudik

Hari-hari menjelang Lebaran adalah hari-hari yang paling merepotkan bagi para juragan yang sudah terbiasa dimanjakan oleh layanan khusus dari para pembantu rumah tangga (PRT)-nya. Kini para PRT asyik mudik alias pulang kampung, sementara para juragan yang ditinggalkan di kota harus mengerjakan semua tugas yang biasanya tinggal teriak sudah tersedia.

Dengan ketidak hadiran PRT di rumah, si juragan harus menyiapkan makanan sendiri, menyapu dan mengepel lantai, membersihkan karpet, membuang sampah, mengisi bak kamar mandi, mencuci dan menyeterika pakaian, bahkan merapikan kebun.

Bagi Anda yang tidak mau kehilangan kemanjaan dalam kehidupan Anda, tentu bisa melarikan diri dengan pergi meninggalkan rumah, dengan tinggal di hotel baik di dalam kota, di luar kota maupun di luar negeri. Di hotel, tentu Anda akan tetap dilayani oleh karyawan hotel, bisa makan di restoran yang tersedia di hotel atau bisa juga mencari makan di luar hotel. Mau mandi di kamar atau mau berenang di kolam renang sudah tersedia, mau cuci pakaian laundry juga tersedia. Urusan kebersihan jelas tidak ada karena kamar hotel tiap hari selalu dibersihkan,

Tips lainnya, Anda bisa saja tetap tinggal di rumah, tetapi hanya melakukan tugas ringan, tugas berat biar menunggu sampai si PRT pulang. Misalnya bisa dilakukan dengan makan di mall, mandi di tempat fitness, mencuci pakaian di laundry.

Atau, bisa saja Anda mengerahkan kemampuan merayu Anda kepada si mbak agar mau menunda kepulangannya dengan memberikan iming-iming bonus yang lebih besar. Tetapi hal ini tentunya bisa dilakukan bagi Anda yang memiliki lebih dari satu PRT, supaya bisa dilakukan giliran mudik. Kalau PRT Anda hanya seorang tentu percuma, karena hanya menunda kepergian si mbak saja.

Tahun ini, rupanya ada terobosan baru yang dilakukan oleh para pemasok PRT, yaitu mereka menyediakan PRT cadangan selama Lebaran, tentunya dengan bayaran yang cukup mahal.

Nah, Anda tinggal pilih, mau tinggal di hotel, mau merayu si mbak untuk menunda jadwal mudiknya, atau merekrut PRT cadangan selama libur Lebaran.

Macet dan Macet Lagi

Selama bulan Puasa ini, saya telah dua kali Jum’at gagal menghadiri acara Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh teman-teman saya. Masalahnya adalah dikarenakan kemacetan Jakarta yang makin menggila.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, bila bulan Puasa datang, secara bertahap jalanan akan mulai menyepi karena sebagian orang Jakarta mulai mudik ke kampungnya masing-masing.
Tahun ini adalah tahun yang paling menyesakkan, kemacetan gila-gilaan hampir terjadi sepanjang hari, penyebab utamanya tentu pembangunan jalar bus-way dimana-mana yang secara otomatis menyita satu lajur jalan, sehingga mengurangi lajur jalan yang biasanya dapat digunakan. Sore harinya tentu ditambah dengan para pekerja yang ingin cepat pulang ke rumah masing-masing, jadi seluruh penduduk Jakarta tumpah ruah di jalanan.
Karena tidak dapat menuju lokasi Buka Puasa Bersama, maka kendaraan tentu saya belokkan ke mall terdekat, dengan harapan bisa makan malam dan nonton, sambil menunggu kepadatan berkurang. Tetapi tidak ada keajaiban yang terjadi, ketika saya keluar dari mall sekitar jam 22.00 WIB, jalanan rupanya masih tetap padat meski tidak sepadat pada sore hari. Kawasan Pondok Indah yang juga termasuk salah satu jalar bus-way, meski jalur bus-way belum dibangun dikarenakan seluruh penghuni melakukan demonstrasi, tetapi jalanan ini tetap padat merayap bahkan hingga jam 23.00 WIB.
Dampak psikologis dari seorang peneliti cukup meresahkan, karena kabarnya nilai perkawinan makin gonjang-ganjing akibat pasangan suami-isteri yang stress di jalan, bisa terjadi cekcok di dalam mobil hanya diakibatkan karena salah jalan sehingga terjebak di dalam kemacetan berkepanjangan ataupun suami yang sering pulang terlambat. Juga para pengendara mobil yang semula sopan berkendara mulai berdarah panas dan ikutan main serobot. Serta makin banyak penduduk Jakarta yang alergi keluar rumah di akhir pekan. Ini semua terjadi gara-gara si Komo lewat ha.ha.ha., macet lagi ... macet lagi.
Tentunya hal ini harus menjadi pekerjaan rumah utama bagi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang baru dilantik, yaitu mengurai kemacetan di Jakarta plus tentunya menyelamatkan Jakarta dari banjir di setiap awal tahun dan banjir besar disetiap lima tahun.
Upaya-upaya untuk mengurai kemacetan sudah banyak ditempuh, seperti memberlakukan kawasan three-in-one di sepanjang jalan Sudirman – Thamrin – Medan Merdeka - Hayam Wuruk – Stasiun Kota, baik di pagi hari maupun pada sore hari, tetapi kemacetan malahan berimbas ke jalan-jalan alternatif lainnya.
Bus-way yang sudah mencapai koridor sembilan, pada setiap pembangunannya senantiasa memperkeruh jalanan. Pembangunan under-pass maupun fly-over juga senantiasa memperkeruh lalu lintas. Di beberapa sudut jalan kita juga sudah melihat rencana pembangunan mono-rail, yang belum bisa diprediksi akan selesai kapan (konon karena keterbatasan beaya).
Belum lagi nanti, bila para pemudik membawa saudara-saudaranya dari kampung, tentu akan makin membuat kota Jakarta jadi makin padat. Quo vadis Jakarta ?

Rabu, 03 Oktober 2007

Bulan Puasa

Hari ini adalah hari ke 21 bulan Ramadhan 1427H, bulan puasa bagi rekan-rekan yang beragama Islam adalah merupakan bulan suci, bulan untuk menahan nafsu dan bulan untuk kembali mengingat kepada Yang Maha Esa.

Bagi saya yang non-Moslem, bulan Puasa tetap merupakan bulan yang menarik, karena saya juga bisa ikutan puasa di siang hari, guna mengurangi berat badan yang sudah over-weight, sekaligus sebagai upaya toleransi kepada teman-teman kantor yang sedang ber-puasa.

Tetapi upaya untuk melakukan diet di bulan puasa bukan suatu upaya yang mudah, meski puasa di siang hari, tetapi banyaknya undangan buka puasa bersama pada sore harinya menjadikan suatu pergulatan seru untuk menahan diri agar jangan kebablasan memasukkan segala macam makanan sebagai upaya balas dendam.

Belum lagi, di bulan puasa hampir pasti tersedia tajil yang manis dan menggugah selera, seperti kolak, es belewah, es timun suri, bubur ketan hitam dan lain-lain.

Selain berpuasa menahan nafsu, di kantor ada tambahan perencanaan sumber daya manusia, mengingat banyaknya teman-teman kantor yang akan cuti mudik.Tahun ini semua perencanaan berantakan begitu muncul revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, Menteri PAN, Menteri Agama dan Menteri Tenaga Kerja yang menyatakan bahwa libur bersama Lebaran yang semula tanggal 12,15 dan 16 Oktober ditambah tiga hari lagi dengan tanggal 17-19 Oktober 2007.

Dengan adanya tambahan cuti bersama ini yang diumumkan menjelang akhir tahun (Q4) berakibat munculnya keanehan, dimana ada karyawan yang bakalan punya hutang cuti di tahun 2008, karena bisa saja ada karyawan yang sudah terlanjur mengambil cuti pribadi di awal tahun 2007.

Kerepotan juga muncul di sektor lain, kalau tujuan utama penambahan libur agar jangan ada karyawan yang membolos dengan alasan tidak dapat tiket kereta / bis, malahan banyak karyawan yang semula sudah harus kembali ke kota masing-masing tanggal 15 atau 16 Oktober lalu berupaya merubah tanggal kepulangannya menjadi tanggal 20 atau 21 Oktober. Maka, sangat tepat ungkapan Gubernur DKI Sutiyoso, “jangan memanjakan karyawan”.

Lebaran juga identik dengan pulangnya semua pembantu rumah tangga (PRT) ke kampung, artinya para juragan yang terbiasa dimanjakan di rumah, harus menggantikan tugas PRT seperti membersihkan lantai, menyiapkan makan pagi / siang / malam, atau menyedu kopi sendiri. Atau, bagi yang mau praktis, jauh-jauh hari harus sudah menyiapkan tiket untuk bepergian ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Tiket ke Singapore dan Australia menjadi favorit di tahun ini, untuk dalam negeri tiket ke Bali harganya berlipat-lipatpun dibeli. Dan bagi Anda yang tidak kebagian tiket, masih bisa memanjakan diri dengan pergi ke mall, karena mall hanya tutup setengah hari pada hari H Lebaran saja.

Dulu, lebaran merupakan saat yang tepat untuk berbisnis parcel, tetapi karena himbauan Pemerintah agar pejabat / pegawai negeri mengembalikan semua kiriman parcel, maka bisnis parcel tampak memudar. Apakah Anda termasuk yang tidak kebagian parcel tahun ini ?

Selamat berpuasa !