Senin, 08 Oktober 2007

Macet dan Macet Lagi

Selama bulan Puasa ini, saya telah dua kali Jum’at gagal menghadiri acara Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh teman-teman saya. Masalahnya adalah dikarenakan kemacetan Jakarta yang makin menggila.
Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, bila bulan Puasa datang, secara bertahap jalanan akan mulai menyepi karena sebagian orang Jakarta mulai mudik ke kampungnya masing-masing.
Tahun ini adalah tahun yang paling menyesakkan, kemacetan gila-gilaan hampir terjadi sepanjang hari, penyebab utamanya tentu pembangunan jalar bus-way dimana-mana yang secara otomatis menyita satu lajur jalan, sehingga mengurangi lajur jalan yang biasanya dapat digunakan. Sore harinya tentu ditambah dengan para pekerja yang ingin cepat pulang ke rumah masing-masing, jadi seluruh penduduk Jakarta tumpah ruah di jalanan.
Karena tidak dapat menuju lokasi Buka Puasa Bersama, maka kendaraan tentu saya belokkan ke mall terdekat, dengan harapan bisa makan malam dan nonton, sambil menunggu kepadatan berkurang. Tetapi tidak ada keajaiban yang terjadi, ketika saya keluar dari mall sekitar jam 22.00 WIB, jalanan rupanya masih tetap padat meski tidak sepadat pada sore hari. Kawasan Pondok Indah yang juga termasuk salah satu jalar bus-way, meski jalur bus-way belum dibangun dikarenakan seluruh penghuni melakukan demonstrasi, tetapi jalanan ini tetap padat merayap bahkan hingga jam 23.00 WIB.
Dampak psikologis dari seorang peneliti cukup meresahkan, karena kabarnya nilai perkawinan makin gonjang-ganjing akibat pasangan suami-isteri yang stress di jalan, bisa terjadi cekcok di dalam mobil hanya diakibatkan karena salah jalan sehingga terjebak di dalam kemacetan berkepanjangan ataupun suami yang sering pulang terlambat. Juga para pengendara mobil yang semula sopan berkendara mulai berdarah panas dan ikutan main serobot. Serta makin banyak penduduk Jakarta yang alergi keluar rumah di akhir pekan. Ini semua terjadi gara-gara si Komo lewat ha.ha.ha., macet lagi ... macet lagi.
Tentunya hal ini harus menjadi pekerjaan rumah utama bagi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo yang baru dilantik, yaitu mengurai kemacetan di Jakarta plus tentunya menyelamatkan Jakarta dari banjir di setiap awal tahun dan banjir besar disetiap lima tahun.
Upaya-upaya untuk mengurai kemacetan sudah banyak ditempuh, seperti memberlakukan kawasan three-in-one di sepanjang jalan Sudirman – Thamrin – Medan Merdeka - Hayam Wuruk – Stasiun Kota, baik di pagi hari maupun pada sore hari, tetapi kemacetan malahan berimbas ke jalan-jalan alternatif lainnya.
Bus-way yang sudah mencapai koridor sembilan, pada setiap pembangunannya senantiasa memperkeruh jalanan. Pembangunan under-pass maupun fly-over juga senantiasa memperkeruh lalu lintas. Di beberapa sudut jalan kita juga sudah melihat rencana pembangunan mono-rail, yang belum bisa diprediksi akan selesai kapan (konon karena keterbatasan beaya).
Belum lagi nanti, bila para pemudik membawa saudara-saudaranya dari kampung, tentu akan makin membuat kota Jakarta jadi makin padat. Quo vadis Jakarta ?

1 komentar:

ULATBULU mengatakan...

Semua jalan dipasang tanda dilarang masuk...kecuali Bung Sut...lancar dah......aku ikutan doong.

Wassalam,