Rabu, 03 Oktober 2007

Bulan Puasa

Hari ini adalah hari ke 21 bulan Ramadhan 1427H, bulan puasa bagi rekan-rekan yang beragama Islam adalah merupakan bulan suci, bulan untuk menahan nafsu dan bulan untuk kembali mengingat kepada Yang Maha Esa.

Bagi saya yang non-Moslem, bulan Puasa tetap merupakan bulan yang menarik, karena saya juga bisa ikutan puasa di siang hari, guna mengurangi berat badan yang sudah over-weight, sekaligus sebagai upaya toleransi kepada teman-teman kantor yang sedang ber-puasa.

Tetapi upaya untuk melakukan diet di bulan puasa bukan suatu upaya yang mudah, meski puasa di siang hari, tetapi banyaknya undangan buka puasa bersama pada sore harinya menjadikan suatu pergulatan seru untuk menahan diri agar jangan kebablasan memasukkan segala macam makanan sebagai upaya balas dendam.

Belum lagi, di bulan puasa hampir pasti tersedia tajil yang manis dan menggugah selera, seperti kolak, es belewah, es timun suri, bubur ketan hitam dan lain-lain.

Selain berpuasa menahan nafsu, di kantor ada tambahan perencanaan sumber daya manusia, mengingat banyaknya teman-teman kantor yang akan cuti mudik.Tahun ini semua perencanaan berantakan begitu muncul revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri, Menteri PAN, Menteri Agama dan Menteri Tenaga Kerja yang menyatakan bahwa libur bersama Lebaran yang semula tanggal 12,15 dan 16 Oktober ditambah tiga hari lagi dengan tanggal 17-19 Oktober 2007.

Dengan adanya tambahan cuti bersama ini yang diumumkan menjelang akhir tahun (Q4) berakibat munculnya keanehan, dimana ada karyawan yang bakalan punya hutang cuti di tahun 2008, karena bisa saja ada karyawan yang sudah terlanjur mengambil cuti pribadi di awal tahun 2007.

Kerepotan juga muncul di sektor lain, kalau tujuan utama penambahan libur agar jangan ada karyawan yang membolos dengan alasan tidak dapat tiket kereta / bis, malahan banyak karyawan yang semula sudah harus kembali ke kota masing-masing tanggal 15 atau 16 Oktober lalu berupaya merubah tanggal kepulangannya menjadi tanggal 20 atau 21 Oktober. Maka, sangat tepat ungkapan Gubernur DKI Sutiyoso, “jangan memanjakan karyawan”.

Lebaran juga identik dengan pulangnya semua pembantu rumah tangga (PRT) ke kampung, artinya para juragan yang terbiasa dimanjakan di rumah, harus menggantikan tugas PRT seperti membersihkan lantai, menyiapkan makan pagi / siang / malam, atau menyedu kopi sendiri. Atau, bagi yang mau praktis, jauh-jauh hari harus sudah menyiapkan tiket untuk bepergian ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Tiket ke Singapore dan Australia menjadi favorit di tahun ini, untuk dalam negeri tiket ke Bali harganya berlipat-lipatpun dibeli. Dan bagi Anda yang tidak kebagian tiket, masih bisa memanjakan diri dengan pergi ke mall, karena mall hanya tutup setengah hari pada hari H Lebaran saja.

Dulu, lebaran merupakan saat yang tepat untuk berbisnis parcel, tetapi karena himbauan Pemerintah agar pejabat / pegawai negeri mengembalikan semua kiriman parcel, maka bisnis parcel tampak memudar. Apakah Anda termasuk yang tidak kebagian parcel tahun ini ?

Selamat berpuasa !

1 komentar:

Chandra Lesmana mengatakan...

Pak Sutiono,

Memang semua sudah berubah, sejak terjadinya globalisasi ekonomi dinegara kita yang cenderung tidak terkontrol ,menjurus liberal dan lebih mengarah pada kapitalistis; terjadi lah segala macam pergeseran pergeseran, baik pola hidup, gaya hidup serta kebiasaannya, serta yang paling harus dicermati adalah munculnya pola keberpihakan kepada yang kuat atau kapitalis ( dalam pengertian pemilik modal besar )

Memang tidak semua akibat globalisasi itu buruk,karena banyak sisi positifnya juga; tetapi masalahnya apakah masyarakat ( dalam sisi kemampuan ekonomi, intelektual, budaya dsbnya ) dan negara ( menyangkut UU, peraturan, kaum penguasa dllnya ) ini sudah siap ?

Tanpa kesiapan masyarakat dan penguasa negeri, globalisasi hanyalah sebuah eforia laksana menyalakan kembang api (pesta) dipunggung masyarakat yang lapar.

Hal seperti ini sangat berbahaya.....karena sentimen sosial akan terus membesar laksana bisul ... yg hanya menunggu waktu utk mengeluarkan lavanya saja.

Gejala seperti itu sudah terlihat secara jelas !

Chandra Lesmana