Kamis, 11 Oktober 2007

Hantu Bergentayangan di Hari Lebaran

Anda jangan takut dulu, judul diatas bukanlah dalam arti yang sebenarnya. Namun hanya untuk menguatkan judul tulisan ini saja. Karena bertepatan dengan libur Lebaran, paling tidak Anda akan menemui empat film produksi nasional dengan nuansa hantu.

Dua film sudah diputar lebih awal pada bulan Puasa, dengan judul “Lawang Sewu, Dendam Kuntilanak” dan “Jelangkung 3”. Lalu bertepatan pada libur Lebaran mulai ditayangkan dua film lainnya yaitu “Kuntilanak 2” dan “Pocong 3”.

Parade hantu belum selesai begitu saja, karena menyusul berikutnya, masih di bulan Oktober 2007, yaitu “Legenda Sundel Bolong” dan “Suster N”, dan pada bulan November 2007 dibawah judul “Film Horror” yang merupakan parodi hantu ala “Scary Movie”. Menjelang bulan Puasa, dua film bernuansa hantu juga telah diputar yaitu “Leak” dan “Genderuwo”.

Jadi dalam waktu tiga bulan hampir ada 10 judul film bernuansa hantu bergentayangan di bioskop-bioskop. Coba bandingkan dengan film-film dengan thema lain, misal thema cinta, di libur Lebaran hanya muncul satu judul yaitu “Get Married”. Jadi, kalau dijumlah dalam setahun, entah sudah berapa film bernuansa hantu yang ditayangkan ke masyarakat.

Sungguh ironis, ditengah keterpurukan bangsa ini, masyarakatnya dicekoki dengan cerita-cerita hantu yang sangat tidak logis, dan makin memperbodoh pola pikir bangsa ini.

Dulu ketika banyak rumah produksi memproduksi tayangan hantu di televisi, banyak protes dari kalangan masyarakat, meski banyak pula yang menyenanginya. Ironisnya, film-film bernuansa hantu ini, ternyata cukup lama bisa bertahan di bioskop-bioskop kelas 21, logikanya film-film ini punya peminat, laku dijual dan menghasilkan fulus bagi produsennya..

Padahal perjuangan film produksi nasional untuk bisa ditayangkan di layar bioskop 21 cukup berat. Diawali dengan film hantu “Jelangkung” yang ternyata berhasil bertahan cukup lama, sehingga akhirnya mampu meningkatkan citra film produksi nasional untuk layak diputar di bioskop 21.

Meski film-film bernuansa hantu ini berhasil mendatangkan uang bagi produsen film maupun bagi pengusaha bioskop dan punya pasar yang cukup besar, apakah para produsen film perlu berlomba-lomba untuk membuat film bernuansa hantu dalam jumlah makin banyak ? Sudah selayaknya para insan per-film-an mulai mawas diri, kalau dulu film nasional terpuruk gara-gara film bernuansa esek-esek, pamer dada dan paha, yang sempat mengorbitkan aktris sekelas Inneke Koesherawati. Apakah sekarang dunia perfilman mau terpuruk lagi, gara-gara semua berlomba membuat film bernuansa hantu ?

Awas, hantu-hantu bergentayangan di sekitar Anda, apakah Anda takut ?

3 komentar:

ULATBULU mengatakan...

wah lihat hantu BOONG an kok bayar mahal,dikampung saya mah gratis paling bayar nyawa????hehehehe

ULATBULU mengatakan...

wah lihat hantu BOONG an kok bayar mahal,dikampung saya mah gratis paling bayar nyawa????hehehehe

Anonim mengatakan...

Namanya juga indonesia, kalau bikin film yang bermanfaat bukan indonesia namanya ... wong yang "nongkrong" di bada perfilm nasional isinya wong "edan" kabeh ... brb siapin botol buat "nangkep" hantu :).